Home » Arsip untuk bulan Februari 2013
Melodi Cinta Iqbaale Dan Vanila
Tetap Jadi Peganganku
aku tau duniamu luas
aku tau kau gatal ingin berlari mengelilingi dunia luasmu dan pergi dari sisiku
tapi aku takut memang duniaku tak seluas duniamu
tapi aku belum siap untuk jadi 'aku' seutuhnya
aku belum bisa berlari dengan benar bahkan jalan saja terkadang jatuh
aku masih butuh kamu masih butuh penganganmu
bisakah kamu menahan nafsu untuk berlari
bisakah kamu melatih aku untuk menjadi 'aku'
bisakah kamu bersabar untuk keegoisanku ini
bisakah kamu ulurkan tangganmu agar aku tak terjatu
aku ini bukan pendiam tapi aku pemalu kau tau itu kan?
aku hanya berani berciap ciap dengan mereka yang kuketahui
hanya tertawa dengan mereka yang ingin bersamaku saja
duniaku begitu jahat!
ingin sekali kali aku berkunjung keduniamu begitu ramai banyak tawa banyak yang kenal
apa jurusmu? seribu bayangan kah? atau pelet dukun?
aku yakin itu bukan! tapi..... keramahan dan lawakanmu?
aku tidak bisa melawak.
aku hanya bisa mendengarkan
aku hanya bisa menjadi yang terhibur bukan penghibur sepertimu
aku malu bukan hanya berarti pendiam
tolong tetap jadi penganganku
jangan jadi pegangan yang lain aku dan melepas pegangannku jangan!
jangan menjadi sosok yang tak kukenal, karena kamu adalah yang aku butuhkan, maaf aku egois. kali ini saja. sekali lagi MAAF
Hal hal yg tidak bisa di ucapkan oleh seorang Ayah
Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.. akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.
Lalu bagaimana dengan Papa?
Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil.. Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...
Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya"
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....
Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba. Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?
Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : "Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".
Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja.... Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak
boleh!".
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu... Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')
Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..
Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...dan setelah perasaan khawatir itu berlarut- larut... ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .
Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang? "Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"
Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...
Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa
Ketika kamu menjadi gadis dewasa.... dan kamu harus pergi kuliah dikota lain... Papa harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...
Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"
Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Papa tahu.....
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
Dan akhirnya.... Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan
bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa
pun tersenyum bahagia....
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa.... Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Tuhan tugasku telah selesai dengan baik.... Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik.... Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."
Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih.... Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....
Papa telah menyelesaikan tugasnya....
Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita... Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat... Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal..
Tulisan ini aku dedikasikan kepada teman-teman wanita ku yang cantik, yang kini sudah berubah menjadi wanita dewasa serta ANGGUN, dan juga untuk teman-teman pria ku yang sudah ataupun akan menjadi ayah yang HEBAT !
Yup, banyak hal yang mungkin tidak bisa dikatakan Ayah / Bapak / Romo / Papa / Papi kita... tapi setidaknya kini kita mengerti apa yang tersembunyi dibalik hatinya
papa emang berharga banget buat hidup ku..
Demi Valentine
“Apakah gue harus mencuri uang?” Sebersit pikiran kerap mengganggu pikiran Domie, setiap kali ia merasakan jalan buntu.
Satu-satunya barang berharga yang dimiliki cuma telepon genggam, hadiah ulang tahun dari ibunya setahun yang lalu. Jika tiba-tiba benda itu raib, tak cuma Ibu, tapi seisi rumah pasti akan geger mempermasalahkannya. Dan tipis harapan untuk bisa memiliki lagi sebuah ponsel.
“Jika anak-anak lagi istirahat, atau pas jam olahraga di lapangan, gue bisa menyelinap masuk ke kelas dan mencuri uang dari salah satu tas,” pikir Domie lagi. Ia tahu, banyak anak orang kaya yang ke sekolah bawa uang ratusan ribu. “Tapi kalo katahuan? Resikonya gede, bisa dikeluarin dari sekolah. Dan malunya itu!”
Domie tentu saja tak ingin berbuat konyol. Mencuri bukan cuma konyol, tapi dosa besar. Domie cepat-cepat menepis pikiran jahat itu. Uang memang harus ia dapatkan, tapi mesti dengan cara yang halal.
“Dom, elo liburan mau ke mana?” tanya Zetta, yang batal keluar dari kelas ketika dilihatnya Domie masih terpekur di bangkunya.
“Ke mana, ya? Nggak kepikiran sama sekali, Zet. Elo sendiri?” Domie balik bertanya pada teman sekelas sekaligus tetangga dekatnya itu. Zetta tinggal satu blok dengan Domie.
“Gue kayaknya harus ngungsi ke rumah Tante di Depok.”
“Emang kenapa? Takut banjir? Emang daerah kita banjir? Enggak, kan?”.
“Enggak, sih. Tapi kebetulan sebentar lagi rumah mau direnovasi. Nyokap pengen kamar anak-anak dipisah semua. Enak juga ngebayangin bakal punya kamar sendiri, jauh dari usilnya si Beng, adik gue itu. Tapi jadi repot selama rumah dibenahi. Mendingan gue ngungsi aja, daripada ntar terpaksa bantu-bantu jadi kuli bangunan. Hi hi hi....”
Domie cukup kenal dengan keluarga Zetta. Mereka keluarga paling kaya di Blok H. Sebersit pikiran muncul di benak Domie.
“Emang siapa yang bakal ngerenovasi, Zet?”
“Paling juga tetangga-tetangga kita sendiri. Atau orang-orang dari kampung belakang. Kayaknya sih bukan pekerjaan yang berat. Paling juga makan waktu seminggu, pas sama masa liburan kita. Jadi ntar, sepulang dari Depok, rumah udah beres lagi.”
“Bagus deh kalo gitu,” kata Domie.
“Bagus apanya?”
“Eh, elo jadi punya alasan untuk liburan ke Depok.”
“Elo mau juga?”
“Mau apa?”
“Liburan ke Depok.”
“Maksud elo?”
“Yaaa, siapa tahu elo mau nganter gue ke sana.”
Domie tercenung sebentar. “Kayaknya enggak deh, Zet.”
Zetta cemberut.
“Gue mendadak ada rencana baru buat ngisi liburan kita nanti.”
“Uh? Kok mendadak? Elo ngiri, ya?”
“Nggak! Bukan! Gue emang punya rencana.”
“Pasti elo mau nyusun karya tulis, buat diikutin Lomba Karya Ilmiah pertengahan tahun nanti, ya? Ya udah, kerjain aja!” Zetta mendengus kesal dan meninggalkan Domie. Domie cuma mengawasi cewek manis itu menghilang di luar kelas.
***.
Tante Zelda mengawasi cara kerja Domie yang cekatan. Meski bukan seorang tukang cat profesional, Domie terlihat bisa belajar dengan cepat. Ia menggerakkan kuas dengan benar, membuat hampir tak ada setitik pun cat yang menetes di lantai.
“Yang di kamar anak-anak warnanya pink, ya.” Tante Zelda mengingatkan. “Gudangnya tetep kuning aja, biar terang.”
“Iya, Tante.” Domie menjawab sambil terus menyapukan kuas cat ke tembok. Sebenarnya Domie agak gugup ditunggui Tante Zelda. Di rumah ini ada dua orang tukang batu dan tiga tenaga serabutan, tapi Tante Zelda lebih sering mengawasi dan menunggui Domie bekerja. Pasti karena Tante Zelda merasa paling dekat dengan Domie.
“Mungkin juga karena kasihan,” pikir Domie.
“Kamu nggak dimarahi orangtuamu, Dom?”
“Enggak, Tante. Bapak dan Ibu justru senang karena saya mau bekerja. Jadi kuli juga nggak apa-apa, yang penting halal.”
“Iya, ya. Lagian bagus juga kalo masih semuda kamu udah mau bekerja. Cuma, apa nggak sayang karenanya kamu jadi kehilangan acara liburan sekolah kamu?”
“Kebetulan saya nggak ada acara, Tante. Liburan cuma diam di rumah terus juga bosen. Eh, Zetta sama Beng kapan pulangnya?”
“Katanya sih Sabtu sore, dianter tantenya sendiri. Senin, kalian udah masuk sekolah lagi, kan?”
Domie mengangguk. Lalu, “Tapi janji ya, Tante. Tante nggak usah bilang-bilang ke Zetta bahwa saya jadi kuli di sini.”
“Lho, siapa bilang kamu jadi kuli? Kamu jadi tukang cat, dan nyatanya kamu bisa bekerja dengan baik. Kamu bakal nerima upah yang sepadan, karena hasil pekerjaanmu emang baik.”
“Iya, tapi tolong nggak usah bilang saya kerja di sini, ya....”
“Kenapa? Malu? Pekerjaan halal kok malu! Di negeri ini banyak yang sukanya mencuri uang rakyat tapi mereka pada nggak malu.”
“Kok Tante ngomongnya jadi ke mana-mana?” Domie menghentikan gerakan kuasnya. “Saya memang malu kalo ketahuan Zetta saya kerja di sini. Kalo aja Zetta nggak pergi liburan ke Depok, belum tentu saya sanggup meminta pekerjaan di rumah ini.”.
Tante Zelda menganguk-angguk paham. Ia bisa memaklumi jalan pikiran Domie. “Ya wis, kamu terusin kerjamu. Tante tinggal dulu untuk nengok kerjaan Pak Rodi, ya? Kalo udah waktunya makan siang, kamu harus makan. Ambil aja sendiri di meja makan dalam. Kamu nggak usah makan bareng mereka. Oke?”
“Oke, Tante!” Domie merasa senang karena ia sangat diistimewakan di rumah ini.
Domie meneruskan pekerjaannya dengan hati riang. Semangatnya kian tumbuh ketika ia membayangkan satu masalah akan segera dapat diselesaikannya. Kado Valentine yang akan dipersembahkannya buat Laudia bukan lagi impian kosong semata.
Sebuah arloji berbentuk hati seharga tiga rutus ribu rupiah itu adalah hadiah paling pas buat Laudia di hari Valentine. Hadiah yang harus ditebus dengan hasil kerja keras dan keringatnya sendiri.
Lagi-lagi Domie tersenyum.
***
Sebuah keributan terdengar dari luar.
“Gue bilang juga apa? Anak kecil maunya ikutan mulu! Damn! Sekarang apa coba? Baru juga tiga hari udah merengek-rengek minta pulang! Dasar!”
“Udah deh, sabar juga kenapa sih? Beng emang nggak mungkin bakal tahan terlalu lama kalo nggak dikelonin emaknya!” suara Tante Zelda.
Suara yang satunya lagi siapa?
“Tau begini mendingan dulu nggak usah ikut. Nyesel tujuh turunan deh gue ngajak Beng.”
Zetta?
“Ya udah, kamu boleh balik lagi ke Depok. Beng biar di rumah aja.”
“Huh, liburan tinggal tiga hari ngapain balik ke Depok! Tanggung!”
Ya, siapa lagi pemilik suara cempreng itu kalau bukan Zetta..
Zetta! Oh my God, itu memang Zetta!
“Mau ke mana, Sayang?”
“Nengokin calon kamar baru gue!”
“Eh, tunggu!!! Sini, kita makan dulu. Kamu belum makan, kan? Ini Mama bikin udang saus tiram kesukaanmu. Tunggu!!!”
“Makan aja sama Beng-Beng! Dasar anak mami!”
Terdengar suara kaleng cat kosong terjatuh. Mungkin Zetta sengaja menendangnya.
“Ya Allah!! Dom???!!! Ngapain elo di kamar gue?”
Domie tak berkutik, turun dari tangga segitiga dengan wajah pucat.
“Gue kerja di rumah elo, Zet.”
“Yaaah elo ini! Surprais banget, Dom. Tapi kenapa juga elo nggak bilang-bilang dari dulu. Kalo tau elo bakal ikutan kerja di sini, ngapain juga gue capek-capek ke Depok!” Zetta menatap Domie dengan takjub plus sesal. “Kan gue bisa bantu-bantu elo, Dom. Kita bisa ngobrol juga.”
“Gue... gue malu, Zet. Gue malu kalo ketahuan gue jadi kuli tukang cat di rumah elo sendiri.”
“Ngapain malu? Halal, kan? Daripada mencuri! Gue malah salut, karena elo mau kerja keras. Elo nggak cengeng, nggak jaim kayak teman kita yang lain.”
“Persis seperti ucapan ibunya tempo hari,” batin Domie. “Ibu dan anak sama-sama berhati mulia”
“Tapi tunggu dulu, Dom! Gue jadi curiga sekarang. Elo ini bukan dari keluarga yang pas-pasan. Ortu elo dua-duanya kerja. Bokap elo guru, nyokap elo pegawai negeri juga. Lalu buat apa elo memeras keringat kayak gini?” Zetta menatap Domie tanpa berkedip. Matanya penuh selidik. “Elo cuman mau nyari sensasi, atau ...?”
“Gue kepepet, Zet.”
“Punya utang maksud elo?”
“Bukan! Gue kudu ngumpulin duit buat beli kado Valentine’s Day bentar lagi.”
Zetta makin melotot. “Hah? Jadi elo lagi mgumpulin duit buat beli kado Valentine?!”
“Iya,” jawab Domie datar. “Nggak mungkin juga kan gue nodong ortu buat beli hadiah untuk...”
“Pacar elo? Elo punya pacar, Dom?”
“Gue mau nembak, Zet. Kayaknya pas banget kalo manfaatin moment Hari Kasih Sayang nanti.”
“Siapa cewek sial yang bakalan elo tembak, Dom? Siapa perempuan malang itu?” Zetta berpaling menyembunyikan wajah pucatnya.
“Laudia.”
“Hah?! Laudia?”.
“Iya. Emang kenapa?”
“Anak kelas 11 B itu, kan?”
Domie mengangguk pasrah.
“Pantesan kalo gitu. Pantesan elo bela-belain kerja keras pas libur sekolah kayak gini. Nggak taunya elo emang punya tujuan yang menurut gue rada mustahil. Emang elo mau hadiahi apa?”
“Arloji hati, harganya tiga ratus ribu perak,” kata Domie apa adanya. Kepalang basah, ia harus mengatakan semuanya pada Zetta. Domie berharap, Zetta bisa memberinya masukan yang berguna.
“Aduh, romantisnya!” jerit Zetta dalam bisikan. Zetta berharap, Domie tidak mendengarnya.
“Menurut elo gimana, Zet? Cocok enggak? Kalo warnanya pink keliatan norak enggak, sih? Atau malah cocok sama nuansa Valentine?”
“Terserah elo aja!” Zetta keluar dari kamar yang pengap oleh bau cat itu dengan wajah tak sedap dipandang.
Domie terlongong.
Tapi tiga detik kemudian Zetta kembali masuk ke kamar itu.
“Elo ini tolol atau gimana sih, Dom? Elo tau enggak sih, Laudia itu siapa? Dia itu bintang sinetron! Artis! Seleb!”
Domie tersentak melihat betapa marahnya Zetta.
“Lalu elo ini siapa? Cuma anak guru, murid biasa, bukan siapa-siapa! Ngaca doooonk...!!!”
Memucat wajah Domie. Tapi sebelum ia bisa berkata-kata, mendadak Zetta sudah berlari meninggalkannya.
Domie tak tahu, di kamar yang lain Zetta tengah menangis tersedu-sedu menyesali nasibnya. Hatinya hancur lebur. Zetta tengah membayangkan betapa indahnya hidup ini jika ia yang akan menerima perhatian dan usaha yang begitu gigih dari Domie.
Domie memang tak pernah tahu bahwa selama ini Zetta begitu mengagumi dan mengharapkan cintanya..
Unknown /
/ Baca Selengkapnya »
First and Last Love
"rio .. turun nak" teriak bunda dari ruang tamu.
"ada apa sih bun ??" teriak rio dari dalam kamar.
"udah kamu buruan kesinii" jawab bunda.
Rio pun keluar kamar dengan malas-malasan, "kenapa sih bun ?? Rio tuh ca..." kata-kata rio terputus ketika melihat seorang gadis cantik tengah duduk di sofa. Saat dia melihat rio, dia melemparkan senyum yang sudah lama tak ku lihat. Seketika itu rasa cape rio hilang. Rio tersenyum.
"Ify??" kata rio tak percaya saat melihat seorang yang sangat rio sayangi. Seorang yang telah ditunggu rio selama 3tahun.
Cinta pertama rio.
"hy yo" sapa gadis itu yang ternyata bernama Ify
"bunda tinggal dulu ya Ify" kata bunda lalu pergi meninggalkan rio & ify.
Rio berlari menuju arah ify lalu memeluknya.
"Ifffyyyy kapan lo pulang?? gue kangeeen banget sm lo" 3tahun lalu Ify pergi ke singapura untuk berobat tapi rio juga tak tau apa penyakitnya.
"aduh..sakit yo" rintih ify kesakitan karena pelukan rio yang kencang,
"eh sorry fy, abisnya gue kangen banget sama lo" kata rio sambil tersenyum memandang wajah ify.
"haha biasa aja kali yo, gue tau kalo gue tuh ngangenin" kata ify sambil tertawa lepas.
"ih dasar .." kata rio sambil mengacak acak rambutnya
Skip aja yaah...
+++++++++++ keesokan harinya
Rio mengajak ify pergi ke taman, tempat favorit mereka dulu.
"gue gak nyangka lo akan bawa gue kesini lagi" kata ify.
"emang kenapa ?? lo gak suka gue bawa ke sini??" tanya rio penuh curiga.
"eh bukan gitu, gue seneng kok, seneng banget malah" kata ify sambil tersenyum manis.
'apa aku bisa terus sama kamu ? apa aku bisa terus liat senyum kamu itu fy?' batin rio.
Rio memegang tangan ify dan rio bisa melihat raut wajahnya yang berubah menjadi kaget, perlahan wajahnya mulai memerah. Rio tersenyum kecil.
"3tahun gue nunggu fy, dan gue pengen ngomong sesuatu sama lo sebelum semua terlambat" rio melihat raut keheranan di wajah ify, orang yang rio sayang.
"ngomong apaan ??" tanya ify penasaran. Rio tersenyum lembut pada ify dan tetap memegang erat tangan ify.
"apa lo tau perasaan gue selama ini ke lo??
Ify menatapku tak mengerti. Rio pun melanjutkan perkataannya "gue sayang sama lo ify, sayaaaanggg banget..apa lo gatau ?? apa sikap gue selama ini belom bisa nunjukin bahwa gue sayang sama lo ??" kata rio mengungkapkan perasaannya pada ify. Ify semakin tak mengerti
"lo nembak gue ??" tanya ify penuh rasa heran. Rio tersenyum untuk menjawab pertanyaannya yang berarti 'iya'
"hmm..gue pikir pikir dulu boleh ga ??" tanya ify.
"boleh, tapi jangan lama lama ya, ntar gue keburu pergi" kata rio.
"pergi ?? lo mau kemanaa ?? mau pindah ??" tanya ify dengan raut wajah sedih.
"bukan .. udah lo gak perlu tau. pokoknya gue tunggu jawaban dari lo" kata rio menjelaskan.
Suasana sepi beberapa saat, suara hp ify membuyarkan suasana sepi.
"halo ??" ify mengangkat telfonnya "yah, ntar dulu deh maa .... ih iyadeh aku pulang sekarang" ify menutup telfonnya.
Sambil mendesah kecil ify berkata "huh..anterin gue pulang yo" rio menatapnya heran.
"hoh kenapa ?? baru juga bentar" tanya rio pada ify.
"tapi gue disuruh pulang" kata ify dengan wajah cemberut
"oohh..iyadeh gue anter. tapi jangan lupa sama jawaban lo ya" kata rio mengingatkan ify.
"siap bos" kata ify sambil tertawa lepas.
'apa aku bisa ninggalin kamu fy ?? apa aku bisa liat kamu sedih kalo aku ninggalin kamu nanti ??' batin rio.
Rio menggandeng tangan ify menuju motornya dan mengantar ify pulang.
Skiipp..
++++++++++
Rio gelisah, sudah seminggu tak ada kabar dari ify. Seminggu setelah hari dimana rio menyatakan cinta padanya. Apa dia lupa sama rio ?? Atau dia kembali lagi ke singapura ?? Lalu bagaimana dengan jawaban dari pertanyaan rio ??
Tiba tiba kepala rio terasa pusing, darah segar menetes dari hidungnya. 'Oh Tuhan mengapa penyakitku semakin parah sajaa..' batin rio.
Rio membuka lagi map merah pemberian dokter tadi siang. Kangker otak stadium akhir.Rio melap hidungnya dengan tangan, lalu mengambil motor dan segera melaju kerumah ify.
Setelah rio sampai, rio melihat ramai sekali rumahnya. Rio turun dan mulai melangkah menuju halaman rumah ify. 'kenapa semua menangis ?? ada apa ini' pikir rio.
Saat aku memasuki rumah ify, betapa kagetnya rio melihat sosok seorang yang rio sayangi terbaring lemas tak bernyawa. Air mata rio pun mengalir membasahi pipinya.
"Iffyyyyyyy..."tangis rio pecah, rio tak bisa menahan air matanya lagi. Rio terpukul, rio tak bisa menerima kenyataan.
Dari dalam rio melihat acha, adik ify keluar menghampiri rio. Dia memberikan surat pada rio. Segera rio membuka surat itu, apa isi surat itu.
Dear rio,
Maafin gue ya, gue harus pergi ninggalin lo.Maaf selama ini gue ga cerita tentang penyakit gue ke lo, gue cuma ga pengen liat lo sedih.Maaf gue ga bisa habisin saat terakhir gue sama lo, gue yakin lo bisa tanpa gue.
Lo mau tau ga jawaban gue ?? gue mau yo, gue juga sayang sama lo. Udah lama gue nunggu lo nyatain cinta ke gue. Tapi kenapa baru sekarang ??
Gue sayang sama lo yo, tetep senyum ya pangerankuu ..
I love u forever
byee ...
Tangis rio semakin kencang, rio berlari menuju jasad ify yang tergeletak lemas. Rio mengguncangkan tubuh ify, berharap ify bangun dan memelu rio "Ifyy,, bangun fyy, bangunnn"
Tak lama kemudian rio merasakan pusing yang teramat sangat, rio merasakan hidungnya dialiri oleh darah segar. Matanya perlahan tak dapat melihat apa apa dan kemudian gelap.
Rio melihat ify tersenyum padanya mengajak rio menuju suatu keabadian. Rio memegang tangannya, rio ikut dengan ify menuju surga.
Ify lah cinta pertama dan terakhir Rio. Cinta yg abadi.
Unknown /
/ Baca Selengkapnya »
Langganan:
Postingan (Atom)